Minggu, 18 November 2012

Cerita Kepahlawanan


Pahlawan Sawunggaling

 Jaka Berek baru saja pulang dari bermain dengan teman-temannya. Ia marah, penasaran bukan kepalang karena teman-temannya selalu mengejek bahwa ia tak punya ayah sah alias anak haram.
Sesampai di rumah, Jaka Baerek segera menjumpai ibunya yang saat itu sedang berkumpul dengan kakek dan neneknya.
” Biyung (Ibu), aku tak tahan lagi,” ujar Jaka
” Ada apa, Anakku ? Kenapa wajahmu cemberut begitu?” tanya ibu Jaka-Dewi Sangkrah.
”Biyung harus menjelaskan, siapakah sebenarnya ayahku?..Kalau sudah meninggal dimana kuburnya biar aku mengirim do’a di pusaranya, dan jika masih hidup, sudilah ibu menunjukkan tempatnya padaku.”rengek Joko pada Ibunya.

Hati Dewi sangkrah berdebar, Ia sudah menduga hal ini akan terjadi.Tak bisa tidak dia harus menjawabnya dengan gamblang.
”Anakku Jaka Berek, karena kau telah dewasa, sudah sepatutnya kau bertanya tentang ayahmu. Ketahuilah anakku, ayahmu adalah seorang adipati di Kadipaten Surabaya. Namanya Jayengrana. Bila ingin bertemu dengannya datanglah kesana.”
   Dengan bekal seadanya, Jaka Berek berangkat ke Kadipaten Surabaya untuk menjumpai ayahnya. Ketika hendak memasuki pintu gapura kadipaten,Jaka Berek dicegat oleh seorang prajurit yang sedang berjaga.
”Berhenti kamu!” teriak prajurit itu. ”mau apa berani datang ke kadipaten ini?”
”Saya ingin bertemu dengan sang adipati..”jawab Jaka dengan wajahnya yang polos sebagaimana kebanyakan pemuda desa.
”anak muda ketahuilah aku adalah prajurit yang sedang berjaga. Kau tidak boleh masuk ke kadipaten.kau harus pergi dari sini sebelum kuusir..”bentak prajurit itu.
”aku tak mau pergi sebelum bertemu dengan Adipati Jayengrana,jawab Jaka Berek.
Prajurit penjaga itu jengkel melihat Jaka Berek yang tak mau pergi.Maka iapun menyerang Jaka Berek agar segera pergi, tetapi Jaka Berek bukannya pergi malah melawan dengan berani. Untunglah perkelahian itu diketahui oleh dua orang putera Adipati Jayengrana yang bernama Sawungsari dan Sawungrana.oleh mereka perkelahian itu dilerai.
”Maaf pangeran, pemuda ini hendak memaksa masuk kadipaten.saya halang-halangi tetapi dia malah melawan.”lapor prajurit itu.
Mendengar laporan dari prajuritnya keduanya bertanya pada Jaka Berek,
”Maaf, siapakah saudara dan ada keperluan apa hendak memaksa masuk kadipaten?”tanya Sawungrana.
”Aku hendak menghadap Adipati Jayengrana. Ada yang ingin ku sampaikan kepada beliau.”
”Tak ada orang luar yang boleh menemui ayahku. Sebaiknya kau pulang saja atau aku yang memaksamu pulang ..”kata Sawungsari.
Aku tetap pada pendirianku, mau menemui Adipati Jayengrana!..”tegas Jaka Berek.
Melihat kenekatan Jaka, kedua putera Adipati itupun segera mengeroyoknya, dengan tangkas Jaka Berek melawan.
Belum lama perkelahian itu, Adipati Jayengrana keluar dan melihatnya dan iapun segera menghampiri.
”Hei..hentikan perkelahian ini!”teriaknya.Adipati menanyakan hal ihwal perkelahian, kedua puteranyapun menjelaskan secara terperinci.
”Kamu yang bernama Jaka Berek yang mau menemuiku, sekarang katakan apa keperluanmu?”
”Hamba hanya ingin mencari ayah hamba yang menjadi adipati di sini yang bernama Adipati Jayengrana.kalau memang tuan orangnya,tentu tuanlah ayah hamba.”
”Nanti dulu. Siapa nama ibumu dan apa buktinya kalau kau memang anakku?”
”Hamba adalah putera dari Biyung Dewi Sangkrah. Sebagai buktinya,ibu memberi hamba sebuah selendang Cinde Puspita ini.”Jaka Berek mengeluarkan selendang dari bungkusan yang dibawanya.
Ternyata benar selendang itu adalah selendang Cinde Puspita yang dulu oleh Adipati Jayengrana diberikan pada Dewi Sangkrah yang dicintainya.
”Kalau begitu kau memang anakku” Adipati memeluk Jaka Berek dan memperkenalkan Jaka pada saudaranya, Sawungrana dan Sawungsari.
Jaka Berekpun tinggal di kadipaten dan berganti nama menjadi Sawunggaling.
   Suatu hari Kadipaten Surabaya kedatangan kompeni belanda yang dipimpin oleh Kapten Knol yang membawa surat dari Jenderal De Boor yang isinya mengatakan bahwa kedudukan adipati di Surabaya akan dicabut karena Adipati Jayengrana tak mau bekerjasama dengan kompeni belanda. Tetapi pada saat itu,ada pengumuman bahwa di alun-alun Kartasura akan diadakan sayembara sodoran (perang tanding prajurit berkuda dengan bersenjata tombak) dengan memanah umbul-umbul yang bernama umbul-umbul Yunggul Yuda.
Adipati Jayengrana yang sudah dicabut kedudukannya itupun menyuruh kedua anaknya agar giat berlatih untuk mengikuti sayembara itu.
Pemenang dari sayembara itu akan diangkat menjadi adipati di Surabaya.
Pada hari sayembara diadakan, tanpa memberitahu Sawunggaling, Jayengrana dan kedua puteranya pergi ke Kartasura.dan tanpa setahu merekapun Sawunggaling juga pergi ke Kartasura. Sebelum berangkat Sawunggaling pulang ke desa meminta do’a restu dari ibu, kakek dan neneknya.
   Sayembara memanah umbul-umbul itu ternyata hanya diikuti oleh Sawungrana dan Sawungsari, tetapi keduanya gagal tak bisa menjatuhkan umbul-umbul Tunggul Yuda yang dipasang di Menara Galah. Karena tak ada pemenangnya, Sosra Adiningrat yang bertindak sebagai panitia pelaksana lomba, segera mengadakan pendaftaran lagi.
Pada saat itu ada seorang pemuda yang ikut mendaftar dan ternyata dialah Sawunggaling dan diapulalah satu-satunya yang bisa menjatuhkan umbul-umbul Tunggul Yuda. Dengan kemenangan ini selain diangkat menjadi adipati, Sawunggalingpun mendapatkan puteri dari Amangkurat Agung di Kartasura yang bernama Nini Sekat Kedaton.
   Keberhasilan sawunggaling itu membuat iri dua saudaranya.
Sawungrana dan sawungsari ingin mencelakakan sawunggaling, pada saat pesta besar-besaran untuk merayakan pengangkatan Sawunggaling sebagai adipati di Surabaya, secara diam-diam mereka memasukkan bubuk racun ke dalam gelas minuman Sawunggaling.namun perbuatan itu diketahui oleh Adipati Cakraningrat dari Madura.
Ketika  minuman itu disodorkan pada Sawunggaling,Adipati Cakraningrat pura-pura menubruk Sawunggaling yang mengakibatkan terjatuhnya gelas berisi racun itu. Melihat itu, Sawungrana sangat marah ”Dinda Sawunggaling, lihatlah ulah adipati dari Madura itu, dia tidak menghormatimu karena telah menjatuhkan minuman. Ini penghinaan ”
Dengan cepat, disambarnya tangan Adipati Cakraningrat dan ditariknya keluar dari kadipaten. ”mengapa paman menghinaku di hadapan para tamu. Apakah paman ingin menantangku berkelahi?” tanya Sawunggaling.
” tenang anakku, ketahuilah bahwa minuman yang hendak kau minum itu sebenarnya telah diberi racun oleh Sawungrana, aku melihatnya” Sawunggaling merasa menyesal telah tergesa-gesa menuduh Adipati Cakraningrat yang bukan-bukan.
”Dan semua itu memang telah direncanakan oleh para kompeni belanda. Kedua kakakmu telah bergabung dengan para kompeni karena menginginkan kedudukan sebagai adipati di Surabaya”jelas Adipati Cakraningrat.
   Sejak saat itu Sawunggaling bertekad memerangi belanda, dia selalu menambah kekuatan laskarnya. Dalam suatu peperangan yang sengit Sawunggaling berhasil membunuh Jenderal De Boor.
Akhirnya, karena menderita sakit parah, Sawunggaling meninggal dunia di daerah Kupang dan di makamkan di Lidah Wetan- Surabaya.

Cerita Legenda jawa timur

Sarip Tambak Oso
 
     Dari beberapa pertanyaan yang saya tanyakan kepada beberapa teman saya, tidak banyak yang mengetahui tentang salah satu cerita legenda Kota Surabaya, "Sarip Tambak Oso", Padahal cerita ini sangat populer di kalangan anak muda pada jamannya, semangat nasionalisme mereka seolah terbakar ketika mendengar cerita ini, dari orang tua mereka, atau dari pentas-pentas ludruk di kampung-kampung. karena memang cerita ini sering dipakai untuk cerita pertunjukan Ludruk di Surabaya.

      Cerita Sarip Tambak oso mungkin hampir mirip dengan legenda Robin Hood, yaitu seorang pencuri yang mencuri dari para bangsawan atau dari pemerintah kolonial belanda dan hasil curiannya kemudian dibagi-bagikan kepada rakyat miskin.

      kisah.nya yang saya kutip dari sarip tambak oso daerah Tambak Oso dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah kulon kali yang dikuasai oleh seorang jagoan bernama Paidi, dan Wilayah wetan kali yang dikuasai oleh Sarip.

      Sarip yang dikenal sebagai seorang pencuri yang merugikan Belanda, kemudian menjadi target operasi Pemerintah Belanda, suatu hari Sarip melihat ibunya sedang dihajar oleh Lurah Gedangan karena tidak sanggup membayar pajak tanah, Sarip yang berwatak keras lalu mengambil sebilah pisau dapur yang menjadi senjata andalannya dan membunuh Lurah Gedangan.

      Dilain hari diceritakan Saropah (adik misan Sarip) hendak pulang dari Nagih pada orang2 yang terpaut utang dengan orang tuanya, di tengah jalan bertemu dengan Sarip dan pada saat itu Sarip bermaksud meminjam uang pada Saropah, karena belum mendapat izin dari orang tuanya, Saropah tidak mengabulkan permintaan Sarip. Sarip yang punya perangai kasar tidak sabar dan memaksa Saropah untuk menyerahkan Arloji yang sedang dipakainya, dan disaat terjadi perseteruan tersebut munculah Paidi yang hendak menjemput Saropah. Oleh Orang tua Saropah Paidi memang telah dipercaya untuk menjaga Saropah agar aman dari ancaman orang2 yang tidak senang.

      Setelah terjadi perang mulut antara Sarip dan Paidi, terjadilah duel antara dua pendekar tersebut. Sebilah pisau dapur ternyata tidak lebih mumpuni dibanding Jagang Baceman yang notabene lebih panjang, akhirnya Sarip tewas dalam perkelahian tersebut dan mayatnya dibuang di sungai Sedati.

      Di hilir sungai ibu Sarip Sedang mencuci pakaian melihat seorang mayat yang ternyata adalah mayat Sarip. Spontan sang Ibu Menjerit. " Sariiip durung wayahe Nak....." (Sarip Belum Waktunya Nak) dan ajaibnya sarip pun bangkit dari kematiannya ..

      Kemudian ibunya bercerita, ketika Sarip masih dalam kandungan, Ayahnya bertapa di Goa Tapa (daerah Sumber Manjing)selama beberapa waktu, dan ayahnya kembali pada saat anak keduanya telah lahir dengan membawa sebongkah kecil tanah merah "Lemah Abang". Selanjutnya tanah tersebut dibelah dan diberikan pada Sarip dan Ibunya untuk dimakan. Dikatakan oleh ayah Sarip, bahwa Sarip akan dapat bangkit dari kematian apabila ibunya masih hidup, meskipun ia terbunuh 1.000 kali dalam sehari.

Cerita fantasi

                                                                               

                   Salamah gila                                                                                                 

Salamah merupakan tokoh penting dalam cerita ini,di dalam cerita ini menggambarkan sosok manusia yang merasa kurang sabar dan kurang tabah dalam menghadapi  kerasnya kehidupan ini.sehingga dia mudah tergoda.hanya untuk meraih kesenangan dunia.                        
Di ceritakan suatu hari ,Salamah pulang dari rumah saudaranya,dia menemukan dompet yang berisi uang,ktp,sim.setelah dibaca alamat tersebut.Salamah langsung pergi kerumah pemilik dompet.ternyata pemilik dompet adalah juragan kaya bernama tuan Mujaka.                                       
Singkat cerita,kedatangan Salamah di rumah tuan Mujaka,ternyata membuat hati tuan Mujaka jatuh cinta.salamah sendiri mengaku bahwa dia masih sendiri,alias belum bersuami.lalu salamah di beri uang dalam jumlah besar,tujuannya untuk mengurus surat surat  perkawinan.                                     
Di sebuah rumah kecil reyot,tinggal dua orang martak suami salamah dan Juariyah anak Salamah.Martak hanya sebagai pekerja panggul di pasar.kadang jadi buruh tani dengan penghasilan yang tidak menentu.Salamah datang sambil marah marah memaki suaminya.akhirnya salamah minta cerai,tapi Martak tidak bersedia menceraikan,dengan alasan anaknya masih kecil.rupanya Salamah sudah kalap,dengan melempar uang ke wajah Martak,Salamah pun pergi tanpa menghiraukan anaknya yang menangis.dengan menahan air mata,Martak pamitan kepada buah hatinya untuk pergi ke kota mencari pekerjaan.di kota Martak di terima di sebuah perusahaan milik tuan Mujaka sebagai tenaga kasar alias kuli.tapi betapa kagetnya Martak,ternyata nyonya besar istri tuan Mujaka adalah Salamah.maka terjadilah perdebatan sengit antara Salamah dan Martak.karena merasa terpojok Salamah jadi naik darah,lalu Salamah mengambil pisau dapur dengan maksud ingin membunuh Martak,tapi justru pisau itu menghujam di perut tuan Mujaka.                                                                
Kejadian ini ternyata diam diam di ketahui oleh Sujono selaku sekertaris perusahaan milik tuan Mujaka.karena terbukti Martak pegang pisau,maka Martakpun di tangkap polisi,Sujono bersedia jadi saksi palsu,asalkan semua harta tuan Mujaka jadi miliknya beserta Salamah jadi istrinya,salamahpun bersedia tanda tangan di atas putih,asal rahasia kematian tuan mujaka tersimpan rapi.                                           Vonis 15 tahun di terima Martak.dan harus jadi penghuni pulau nusakambangan.sebelum naik ke kapal martak pamitan kepada anaknya sambil menangis ‘’anakku….,maafkan bapak ya nak,bapak tidak bisa merawatmu…..,bapak mau pergi nak…..’’.dengan di saksikan dua polisi martak perlahan melepaskan tangan anaknya sambil berjalan menuju tangga kapal.Juariyah yang masih menangis sendirian akhirnya di ambil anak angkat oleh dua orang yang satu pengemis yang satu pengamen.                                                    Ternyata Sujono hidup penuh foya foya,mabuk mabukan.sehingga membuat Salamah sangat marah,Sujono pun di usir, tapi setelah Sujono menunjukan surat wasiat salamah kalah dan akhirnya salamah di usir Sujono.                                       
Rupanya 15 tahun sudah berlalu masa hukuman Martakpun sudah habis,Martak bebas lalu pulang kerumah kakaknya.saking senangnya Martak bebas kakaknya nanggap pengamen yang kebetulan lewat depan rumahnya.Martak tertegun melihat pengamen,karena yang jadi pengamen adalah anaknya sendiri.di saat martak memeluk anaknya, datang orang gila ternyata dia adalah salamah.(ini hanyalah cerita karangan,semoga anda bisa mengambil hikmahnya.dan semoga tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan kita). (cak nanopati;13-11-2012.)                                                                                          

Cerita yang paling sering dipentaskan


                 Korban Bengawan Solo                                                                    

            Rm  suprapto telah hidup berumah tangga bersama istrinya ra sukesi dikaruniai seorang anak yang masih kecil di beri nama joko pitono.tapi rupa rupanya kebahagian rumah tangga ini,di khianati rm Suprapto.                  
        Dia selingkuh dengan gadis desa sampai memilik dua bayi tanpa ikatan perkawinan yang sah.Winangsih nama gadis desa itu,bahkan mereka berdua berani ambil sumpah di tepi bengawan solo.                       
        Rupanya hubungan ini di ketahui oleh raden ajeng Sukesi istri sah rm Suprapto.dengan sangat marah ra Sukesi meminta supaya rm Suprapto meninggalkan Winangsih.’’sekarang kamu pilih…….,aku atau Winangsih….????. rm Suprapto datang menemui Winangsih,untuk memutuskan perkawinan yang tidak sah ini.sambil menyerahkan uang,rm Suprapto pergi tanpa pamit.Prawoto kakak tertua winangsih tidak menerimakan atas kejadian ini,lalu megejar rm Suprapto.                                  
       Prawoto berdebat dengan rm Suprapto sambil menyerahkan uang yang tadi di berikan kepada Winangsih.rm suprapto marah Prawoto di pukul lalu di tinggal pergi.Prawoto sangat malu dengan kejadian ini,lalu dia memutuskan untuk merantau ke Sumatra.                                                    
      Winangsih sudah sangat malu dan terpukul hatinya,lalu dia pergi ke tepian bengawan solo.di letakkan kedua anaknya di atas tanah sambil menulis nama untuk kedua anaknya,yang satu Sriwulan dan yang satu Indrawati.Winangsih menangis memandang kedua anaknya,tak lama Winangsih hilang di telan derasnya arus bengawan solo.kedua bayi itu akhirnya di asuh orang yang kebetulan liwat pinggir bengawan.Sriwulan di asuh pak Widagdo saudagar kaya,sedangkan Indrawati di asuh seorang petani desa.         
      Setelah menginjak remaja Joko pitono jatuh cinta dengan Sriwulan,akhirnya dilamar dan tak lama tibalah hari perkawinan antara Joko pitono dan Sriwulan.di saat berlangsungnya pesta perkawinan,datang Prawoto menggagalkan perkawinan itu.lalu prawoto membuka semua rahasia masa lalu.’’para tamu undangan yang saya hormati,karena apa…..?? saya menggagalkan pernikahan ini…..karena antara Joko pitono dengan Sriwulan masih saudara.satu bapak tapi beda ibu…’’                     
      Akhirnya rm Suprapto merasa malu  dan langsung lari menuju tepi bengawan solo.diapun segera menyusul kematian winangsih.(Cak Nano pati;13-11-2012)

cerita humor

                                           Wewe putih gandrung                 

      Perguruan silat gunung lawu di pimpin oleh Sidik wacono,memiliki dua murid yang sangat handal (Sudiro dan Srigati).Karena sudah merasa cukup ilmunya,maka mereka sama sama turun gunung.
      Hasworo pendekar muda yang sombong sedang menggoda Srigati,ketahuan Sudiro terjadi duel Hasworo kalah.Sronomurti kedatangan Hasworo lapor bahwa dia di hina perempuan.Sronomurti berkata’’nek bapak biyen le,kok ketok di enyek arek wedok….yo langsung tak colong….!!!!.Hasworo merasa mendapat dukungan dari bapaknya langsung pergi mencuri perawan.                             
      Haswati adik Hasworo,mendengar kakaknya mencuri perawan,diapun ikut ikutan pergi mencuri jejaka.karena Haswati sudah lama kebelet ingin kawin dengan Sudiro.sronomurti tahu bahwa kedua anaknya mau mencuri jejaka dan perawan,dia tak mau ketinggalan juga mau mencuri rondo.di tengah perjalanan Haswati ketemu Hasworo,karena di anggap menghalangi langkah Hasworo,Hasworo marah,sampai Haswati di pukul hingga meninggal.Sronomurti tahu Haswati mati lalu di hidupkan lagi.karena keras kemauan haswati untuk mendapatkan Sudiro,maka di sabda haswati jadi wewe putih.’’kon iso balek dadi menungso maneh asal kon iso ketemu sudiro;begitulah ucap Sronomurti. 
      Hasworo pun beraksi mencuri srigati dengan sesumbar bahwa dia adalah Sudiro.maka sudiro di tangkap oleh pak lurah jatibui.Sudiro janji sanggup menemukan Srigati.dengan di bantu wewe putih,akhirnya Srigati ditemukan,dan pencurinya juga tertangkap.di akhir cerita ini di tampilkan adegan adegan lucu,yang sanggup mengocok perut anda.(cak nanopati 16-11-2012).